Text
At-tafsir al-kabir mafatih al-ghaib = التفسير الكبير أو مفاتيح الغيب (16 jilid) volume 25-26
Deskripsi :
Al-Razy atau nama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad Ibnu Umar Bin Al-Hasan Ali At-Tamimy Al-Bakry Ath-Thibristany lahir di Ray pada tanggal 15 Romadhon 544 H. Beliau berasal dari keluarga yang berpendidikan, sehingga tidak aneh jika sejak kecil Ar-Razy telah bergelut dengan ilmu berbagai agama. Ayahnya bernama Dhiya’uddin Umar seorang ulama bermazhab Safi’iyyah. Adalah guru utamanya. dibawah bimbingan ayah sekaligus gurunya. Ar-Razy memperoleh banyak pengetahuan di bidang fiqih, ushul fiqih dan ilmu kalam. Itu Ar-Razy belajar kepada beberapa ulama lain diantaranya belajar teologi dan filsafat kepada Majduddin Al-Jilli, Fiqih dan Ushul Fiqih kepada Al-Kaml As-Sam’ani. Bekat Ketekunan dan kecerdasannya Ar-Razy berhasil menguasai berbagai disiplin ilmu seperti fiqih, Lughoh, Logika, Kalam bahkan Kedokteran
Dengan kemampuannya tersebut Ar-Razy terjun ke arena diskusi, memberikan ceramah dalam membela akidah ahlussunah wal jama’ah (terutama aliran Asy’ariyah) dan mazhab fiqih Safi’iyah sebagai seorang yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Ar-Razy menghasilkan karya tulis, diantaranya Al-Maushul fi Ilmu Ushul fiqih. Al-maththalib al-aliyah fi al-hikmah al-ma’alim fi ushuludin, siraj qulub, manaqhibun imam As-syafi’I. kitab qodho wa’al qodar al-milal wa al-nihal masailu thib. Kitab Al-mulakhos fi al-Falsafat. Di tafsir al-Kabir al-Fatih al-ghoib Ar-Razy meninggal dunia di Heart paada tanggal 1 Syawal 606 H, Konon karena diracun oleh kelompok yang tidak sepaham dengannya
Karakteristik Tafsir Mafatih Al-Ghaib
Kitab tafsir mafatih al-ghalib atau sering disebut at-tafsir al-Kabir terdiri dari 16 jilid. Dalam tafsir ini Ar-Razy berupaya mencurahkan segenap ilmunya, sehingg tafsir ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan kitab-kitab tafsir lainnya. Melalui ayat-ayat yang berkaitan filsafat, beliau tuangkan bahasa-bahasa yang bersifat falsafi. Sementara ayat-ayat yang menyentuh bidang Teologis beliau curahkan segala kemampuannya dengan bidang Teologuis meskipun pada prinsipnya cenderung membela paham ahlussunah Asy’ariyah, sedangkan untuk ayat-ayat yang berhubungan dengan fiqih beliau berusaha menyajikan perbincangan-perbincangan mengenai fiqih cenderung membela mazhab syafi’iyah demikian pula dengan ayat-ayat yang menyangkut bidang kesehatan, kedokteran, phenomena fisika dan sebagainya Ar-Razy berusaha mengungkapkannya berdasarkan disiplij ilmu yang dimiliknya. A-Razy tidak sempat menyempurnakan isi kita tafsirnya ini hingga selesai. Beberapa karakteristik penafsiran Ar-Razy dalam kitab tafsir Al-Ghaib antara lain adalah :
a. Penafsirannya banyak mengarah kepada ilmu kealaman, Ilmu pasti dan filsafat. Sebagai samplenya adalah penafsiran Ar-Razy dalam surat Ar-Ra’du ayat 3: “Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” Disini Ar-Razy mengungkapkan ayat tersebut, dengan menggunakan pendekatan ilmu kealaman, seperti yang dikatakannya: Dalam ayat lain yaitu surat Al-Hijr ayat 22. Ar-Razy disamping menggunakan pendekatan ilmu pasti juga menggunakan pendekatan filsafat.
b. Dalam penafsirannya mengenai persoalan kalam. Ar-Razy cenderung membela faham asy’ariyah (ahlussunah). Untuk kepentingan ini Ar-Razy menguraikan berbagai pendapat ahli kalam dan kemuadian membantahnya misalnya dalam penafsiran surat Fussilat ayat 2-4. Dalam petanya dengan ayat tersebut menuju persoalan mengenai apakak Al-Qur’an itu qodim apa hadits dan makhluk apa bukan makhluk. Ar-Razy menjelaskan secara panjang lebar penafsiran orang mutajilah tentang ayat tersebut. Berdasarkan ayat ini mereka berpendapat bahwa Al-Qur’an itu makhluk dengan alasan: Pertama, Allah mensifatkan Al-Qur;an dengan keadaan turunnya berangsur-angsur. Yang berangsur-angsur itu dapat dirasakan dan dibuat jadi satu keadaan, Kedua, Al-Tanjil adalah isim mashdar, dan mashdar adalah maf’ul mutlaq. Ketiga, Allah mensifatkan Al-Qur’an dengan bentuk bahasa Arab. Sehingga yang demikian itu tidak pantas disebut kodim
c. Dalam penafsirannya Ar-Razy sering menggunakan pendekatan munasabah untuk mengunggap rahasia maka kandung Al-Qur’an. Tidak kurang dari 3 jenis munasabah yang termuat dalam tafsir mafatih al-ghoib, diantaranya munasabah antar nama surat munasabah antar bagian awal surat berikutnya, munasabah antar surat yang berdampingan, munasabah antar bagian satu dengan yang lainnya dalam satu ayat.munasabah antara kelompok ayat-ayat dengan kelompok ayat dengan kelompok ayat lain yang berdampingan. Munasabah antara fawatihus suwar dengan kandungan isi Al-Qur’an
d. Tafsir mafatih al-ghoib memiliki kecenderungan mengikuti mazhab syafi’i ini terlihat dalam penafsirannya mengenai ayat-ayat yang menyangkut tentang bukum. Meskipun tafsir ini mengemukakan pendapat para fuqoha namun pada kesimpulan pada akhirnya merujuk pada pendapat imam syafi’I, seperti pada pebafsiran lafadz dari surat Al-Maidah ayat 6.
Secara umum dalam penafsirannya banyak menggunakan pendekatan pilsafat, sehingga cara pebafisrannya yang mendominasi dalam tafsir mafatih al-ghoib digolongkan sebagai tafsir bir-rayi dengan corak palsafi. (diambil dari laman LP2M IAIN Syekh Nurjati Cirebon, penulis : Mahbub Nuryadien. Alamat https://web.syekhnurjati.ac.id/lp2m/2021/04/09/analisis-metode-tafsir-dalam-kitab-mafatih-al-ghoib/)
Tidak tersedia versi lain