Text
Cahayamu Tak Bisa Kutawar : Novel Biografi Mahfud MD Aguk Irawan
Novel ini muncul saat saya bersama penulis diajak untuk turut serta pada pertemuan terbatas dengan pak Mahfud di sebuah restoran di Jogja. Dengan demikian, saya dari awal mengikuti bagaimana penulis mengumpulkan dan meramu hingga jadi sebuah karya. Bahkan, kata demi kata saya ikuti hingga menjadi alur cerita.
Gaya bahasa yang khas dari penulis menjadikan saya hanyut dalam sebuah karya sastra yang begitu detail dan mendayu. Kang Aguk, panggilan akrabnya, memang bukan kali pertama dia menulis karya novel biografi. Dalam kepenulisannya ia tetap berdasarkan data yang faktual, lalu ia kembangkan dengan imajinasinya hingga data itu bisa indah dan enak
dibaca. Larik demi larik saya baca lembar tulisan i ada kesan ia sedang berusaha menyambung fak kronologi dengan tatanan yang apik. (Bikin editor saja...hemmm.) Sehingga diri saya terjebak pad ena pertanyaan klasik; karya sastra yang biografi ini, fiksi atau fakta? berbentuk nove
Saya pernah membaca sebuah pernyataan bahwa karya sastra mencerminkan kehidupan sosial. Pada hakikatnya sastrawan tidak bisa terlepa atau melepaskan diri dari kenyataan sosial. Penulis tidak sekadar menampilkan kembali fakta yang terjadi dalam kehidupan, tetapi telah membalurinya dengan imajinasi dan wawasannya. Oleh karena itu, meskipun tidak akan sama persis dengan kehidupan nyata, karya sastra sering dianggap dan dijadikan fakta sejarah sehingga lahirlah istilah sastra sejarah (Junaidi. 2009). atau prose
Selain itu, George Lukacs menyatakan bahwa menulis novel sejarah harus mampu menghidupkan masa lampau, yang membuat pembacanya mengalami kejadian-kejadian, merasakan suasana sesuai zaman, berhadapan dengan tokoh-tokoh mengenali perasaan-perasaan mereka, semangat yang dihidupkan mereka, pikiran-pikiran mereka, dan motif-motif perbuatan mereka. Novel sejarah tidak cukup hanya memberikan pengetahuan tetapi pengalaman
Tidak tersedia versi lain