Text
Agama Nabi Ibrahim dalam Al-Quran: kajian dengan pendekatan tafsir kronologis
Sosok Nabi Ibrahim merupakan satu tokoh di antara sekian banyak tokoh penting dalam sejarah agama. Nabi ini telah menempati posisi yang tidak dapat diperdebatkan lagi dalam tiga agama besar, Yahudi, Kristen, dan Islam, dan masing-masing merasa paling berhak atas sikap keberagamaan Ibrahim. Masalah yang begitu serius itu tentu tidak luput dari pembahasan al-Qur'an-sebagai pembawa agama monoteis yang paling terkemudian-yang juga memiliki klaim argumentatifnya sendiri.
Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan, yaitu penelitian dengan cara mengkaji dan menelaah sumber-sumber tertulis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui agama Ibrahim dalam al-Qur'an perpektif kronologis sekaligus makna signifikansinya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pendekatan sejarah secara kronologis (tafsir nuzuli) penulis manfaatkan. Selain itu, metode maudu'i juga sangat dibutuhkan, untuk menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an yang terkait dengan pembahasan agama Ibrahim dan sikap keberagamaan Ibrahim.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tema suhuf Ibrahim yang secara keseluruhan di dalam al-Qur'an hanya dua kali merupakan tema yang Ibrahim yang paling awal turun. Penyebutan suhuf Ibrahim di awal tidak hanya memberikan pemahaman bahwa audiens al-Qur'an sudah mengenal dengan baik. kenabian Ibrahim, tetapi juga dapat dikatakan seluruh informasi tentang Ibrahim di dalam al-Qur'an merupakan manifestasi apa yang termaktub dalam suhuf Ibrahim. Adapun kronologi ayat yang turun di periode Makkah, al-Qur'an menyesuaikan pembahasannya dengan lebih banyak menyinggung hakikat Tuhan Ibrahim yang dikemas dengan uslub kisah sebanyak enam kali. Ketika di Madinah, muncul pembahasan debat agama Ibrahim dengan kaum Ahli Kitab, yang diuraikan al-Qur'an sebanyak tiga kali. Istilah yang diberikan al-Qur'an untuk agama yang dianut Ibrahim adalah millat Ibrahim. Inilah ideal moral pembahasan agama Ibrahim dalam al-Qur'an. Terbukti, tema millat Ibrahim masih menghiasi di fase Makkah maupun Madinah yang masing-masing periode disebut sebanyak empat kali secara dialogis dengan tema lainnya.
Tidak tersedia versi lain