Text
Falsafah Pancasila : epistemologi keislaman kebangsaan
Pemikiran Buya Hamka sebagai seorang filsuf, ulama, dan juga sastrawan Indonesia cukup memenuhi alam berpikir dalam banyak bagian buku ini. Hal ini sengaja diungkap oleh penulis untuk menggali kembali pemikiran-pemikiran segar Buya Hamka yang saat ini masih sangat relevan dalam kait-an dengan konsep Pancasila dan Islam dengan pemikiran Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai urat tunggang Pancasila. Ia mampu menjelaskan dengan jernih keterkaitan erat Islam dalam menginternalisasi nilai luhur Pancasila. Ketika banyak orang yang mencoba memisahkan keduanya, Buya Hamka menjelaskan dengan begitu jelas keterhubungan nilai-nilai falsafah Islam dan Pancasila. Buya Hamka secara jernih juga menjelaskan Falsafah Islam dalam menginternalisasi gagasan Pancasila dan Kebangsaan Indonesia. Pemuda Soekarno yang kelak menjadi Bapak Proklamator layak menyandang predikat filsuf Indonesia, pemikirannyabegitu segar dalam menjelaskan nilai falsafah kebangsaan Indonesia dan semangat Islam sebagai suatu agama modern. Islam menurut Soekarno menjadi bara api perjuangan untuk melawan penindasa kolonialisme Hindia Belanda. Kapitalisme adalah musuh bersama, karena darinya lahir konsep-konsep penindasan dan penjajahan, dan Islam sekali menurutnya menjadi sumber perjuangan bangsa Indonesia dalam menghancurkan kolonialisme. Buku ini mencoba melihat gagasan- gagasan pemikiran Soekarno mengenai Islam dan kebangsaan Indonesia. Walau pemikiran Soekarno kadangkala berseberangan dengan Buya Hamka dan Natsir dalam menafsirkan makna nilai-nilai Falsafah Islam dalam Al-Qur’an dan Pancasila, akan tetapi sebagai Bapak Bangsa, mereka memiliki kesepahaman akan arti penting Pancasila sebagai fondasi falsafah berbangsa dan bernegara.
Tidak tersedia versi lain