Text
Problematisasi nilai Islam dan budaya K-Pop dalam perlikau imitasi santri putri di pondok pesantren Al-Amin Ngasinan Kediri
Berawal dari banyaknya budaya K-Pop yang menyebar di lingkungan pondok pesantren sehingga membuat santri putri di pondok pesantren Al-Amin Ngasinan Kediri menjadi santri K-Popers dan meniru budaya K-Pop. Budaya K Pop adalah budaya yang lahir bukan dari agama Islam sehingga memiliki perbedaan dengan nilai-nilai Islam di pesantren yang telah di ajarkan di dalamnya. Dan dapat menimbulkan problematisasi nilai islam di pesantren dan budaya K Pop dalam perilaku imitasi. Kemudian fokus penelitian ini membahas tentang pola penyesuaian perilaku imitasi santri dengan nilai-nilai Islam yang ada di pesantren.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif yang datanya diperoleh dari proses observasi, wawancara kepada subjek dan dokumentasi sebagai alat pendukung dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah teori fungsionalisme struktural dari Robert King Merton dengan konsep besarnya yaitu fungsional dan disfungsional, fungsi manifes dan fungsi laten. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 8 orang dengan pembagian 4 orang merupakan santri K-Popers dan 4 orang lainnya merupakan santri non K-Popers. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa perilaku meniru budaya K-Pop oleh santri ditunjukkan dengan meniru budaya menyanyi lagu Korea, meniru dance Korea, berbicara dengan bahasa Korea, meniru makan menggunakan sumpit dan meniru fashion. Dan untuk problematisasi nilai Islam di pesantren dan budaya K-Pop ditunjukkan dengan adanya pergeseran kebiasaan santri dari meniru sholawat ke meniru menyanyi lagu K-Pop, bergesemnya adab sopan santun yang awalnya memiliki sikap santun, tenang berubah menjadi sikap lebih aktif, pecicilan dan sembrono, adab berkomunikasi beralih menjadi menggunakan bahasa Korea dan sulit dipahami yang mana sebelumnya menggunakan bahasa yang mudah dipahami, nilai toleransi yang diabaikan oleh santri K-Popers, kefanatikan santri K-Popers yang membuat santri non K-Popers merasa tidak nyaman, dan perbedaan pendapat mengenai boleh tidaknya meniru budaya K-Pop dalam Islam. Dalam konsep fungsi manifes ini menunjukkan bahwa pesantren memberikan pengajaran pendidikan, mengajarkan norma serta nilai-nilai islam pada santrinya. Sedangkan dalam konsep fungsi laten menunjukkan adanya peniruan-peniruan budaya K-Pop oleh santri di pesantren. Kemudian bentuk implikasi dari adanya peniruan budaya K-Pop dapat berimplikasi positif (fungsional) dan negatif (disfungsional). Implikasi positif yaitu membuat santri lebih bersyukur dan ingat kepada Allah dengan kesuksesan seseorang yang mendorong perasaan semangat santri, untuk implikasi negatif santri lebih bersifat agresif terhadap lingkungan, temannya dan mengesampingkan kegiatan di pesantren.
Tidak tersedia versi lain