Text
Penyampaian Pesan Pluralisme Agama dalam Film Cin(t)a
Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Seiring berkembangnya teknologi, film biasa dinikmati oleh berbagai kalangan. Salah satu fokus yang menjadi perhatian besar dalam pembuatan film adalah tema. Taki jarang hal-hal yang menuai kontroversi diangkat menjadi tema besar dalam pembuatan film. Seperti film Cin(T)a yang mengangkat tema tentang pluralisme agama. Film Cin(T)a dinilai sangat berani dalam memvisualisasikan pesan pluralisme agama. Hal-hal kontroversial seperti percintaan beda agama, terorisme dan paham ateisme digunakan sebagai alat untuk menggambarkan realita pluralisme agama yang sedang terjadi di Indonesia. Dengan adanya penelitian ini bermaksud untuk menganalisis bagaimana film Cin(T)a menyampaikan pesan pluralisme agama kepada penontonnya.
Untuk mengetahui penyampaian pesan pluralisme agama dalam film Cin(T)a, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu analisis semiotika model Ferdinand de Saussure berupa signifier (penanda) - signified (penanda) dan langue (sistem bahasa) - parole (kegiata ujaran).
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari scene dan dialog yang ada dalam film Cin(T)a dapat ditarik kesimpulan bahwa film ini menyampaikan pesan pluralisme agama dalam empat interpretasi yaitu, eksklusifisme, inklusifisme, banyak agama (ekumenisme), dan banyak isme yang benar (pluralisme radikal) yang disampaikan melalui beberapa visualisasi. Pesan eksklusifisme disampaikan melalui visualisasi berita pengeboman di TV. Sedangkan pesan inklusifisme disampaikan melalui perdebatan kedua tokoh mengenai Tuhan yang satu dan disembah dengan berbagai cara, begitupun dengan adegan kedua tokoh yang berdoa menurut keyakinan masing-masing. Pesan banyak agama (ekumenisme) disampaikan melalui perayaan Natal dan Idul Fitri yang dirayakan oleh kedua tokoh yang saling berbeda keyakinan dan ceramah agama yang berisi tentang toleransi antar umat beragama serta penayangan penggalan pengakuan pasangan nikah beda agama. Pesan banyak isme yang benar (pluralisme radikal) disampaikan melalui kekecewaan tokoh kepada Tuhan yang akhirnya menimbulkan asumsi bahwa lebih baik tidak ada Tuhan dan agama agar tidak terjadi perselisihan antar umat manusia. Empat interpretasi di atas mengarah epada relativisme yang tidak sesuai dengan religiusitas masyarakat Indonesia.
Tidak tersedia versi lain