Text
Kata Jahl dalam Al-Quran: Kajian Al-Quran dengan Pendekatan Maudu-i dan Kontekstualisasi terhadap Kualitas Keberagamaan
Al-Qur'an diturunkan untuk memberi petunjuk sekaligus menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi umat manusia. Namun, pada akhir-akhir ini terjadi sedang terjadi kehancuran dibidang rohani, moral, dan nilai spritual dalam kehidupan manusia, yang salah satu faktor utamanya adalah kebodohan akan ilmu pengetahuan. Masyarakat yang dikuasai oleh kebodohan sama halnya dalam kegelapan dan mencerminkan tidak adanya petunjuk Allah. Dalam al-Qur'an kebodohan disebut dengan istilah jahl, Kecaman al-Qur'an terhadap kebodohan sedemikian tinggi. Al-Qur'an menolak kebodohan, mengecam sifat jahl yang mengungkung umat manusia. Pada penelitian penulis memilih dua pokok permasalahan yang akan dibahas, bagaimana penafsiran ayat-ayat tentang jahl dalam al-Qur'an dan bagaimana kontekstualisasinya terhadap kualitas keberagamaan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif Jenis penelitian ini adalah penelitian library research atau penelitian kepustakaan murni. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu mengambil data dari buku, transkip, agenda, catatan, jurnal, dll. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yakni menyajikan data secara nyata dan sistematis, serta menggunakan metode maudū (tematik), metode hermeneutik, dan ma'ani al-Qur'an.
Adapun hasil penelitian ini adalah pertama, penafsiran ayat-ayat tentang jahl dalam al-Qur'an yaitu merujuk pada arti orang yang bodoh, orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang ke-Esaan Allah, tidak mengetahui sifat-sifat Tuhan dan tidak mengetahui keharusan menyembah hanya kepada Allah sehingga sikap dan tindakanya bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Pada intinya ayat ayat tentang jahl dalam al-Qur'an diartikan dengan kedangkalan pengetahuan seseorang tentang keberagamaan serta bagaimana seharusnya sikap terhadap Allah dan nabi-Nya, meskipun nuansa kontekstualnya memiliki titik tekan tertentu yang berbeda. Kedua, semakin tinggi tingkat kebodohan seseorang maka semakin rendah kualitas keberagamaanya, begitupun sebaliknya,
Tidak tersedia versi lain