Text
Resiliensi Pada Orangtua Dengan Anak Retardasi Mental Di SLB Bhakti Pemuda Kota Kediri
Setiap orangtua mengharapkan untuk memiliki anak dengan kondisi fisik dan psikis yang sempurna. Namun ketika orangtua memiliki anak dengan kondisi yang tidak sempurna, seperti retardasi mental, mereka akan merasa malu, terpukul, kecewa, dan menolak dengan kenyataan yang ada. Oleh karena itu, orangtua yang memiliki anak retardasi mental harus memiliki kemampuan resiliensi untuk menghadapi dan mengatasi konflik yang ada sehingga dapat meneruskan kehidupan dengan lebih baik. Orangtua yang resilien akan mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada, mengatasi tekanan, memandang hidup secara positif, pulih, dan berkembang menjadi individu yang lebih kuat dan bijak. Penelitian ini menggambarkan tentang proses terbentuknya resiliensi pada orangtua dengan anak retardasi mental di SLB Bhakti Pemuda Kota Kediri dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses resiliensi tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah 5 orangtua yang memiliki anak retardasi mental. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kelima subjek dapat dikatakan resilien meski memiliki anak dengan retantasi mental. Hal tersebut dapat dilihat melalui tujuh aspek dalam resiliesi yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimis, empati, analisis kausal, self-efficacy, dan reaching out. Dan faktor resiliensnya adalah kekuatan individu (I am), sumber dukungan eksternal (I have), kemampuan sosial dan interpersonal (l can).
Tidak tersedia versi lain