Text
Penanaman Karakter Religius melalui Sekolah Berbasis Pesantren pada Siswa di SMP Mambaul Hisan Badal Pandean Ngadiluwih Kediri
Kondisi krisis karakter yang terjadi dikalangan remaja saat ini dinilai sebagai dampak kegagalan dari proses pendidikan yang hanya cenderung teks saja tetapi peserta didik tidak memahami. Untuk mengatasi hal tersebut pada tahun 2011 pemerintah mencanangkan pendidikan karakter dengan 18 nilai karakter yang salah satunya Karakter Religius. Aspek religius dinilai menjadi pokok pembentukan karakter seseorang, sedangkan pada sekolah umum seperti SMP nilai-nilai religius tidak begitu diutamakan hanya pada ilmu umum. Hal ini berbeda dengan pesantren yang lebih menekankan kepada nilai-nilai religius. Sehingga munculah Sekolah Berbasis Pesantren (SBP) yang memadukan keunggulan masing-masing sistem sekolah umum dan pesantren dengan tujuan membentuk peserta didik hanya tidak hanya unggul dalam pengetahuan umum tetapi juga pengetahuan agama. Fokus penelitianya adalah Bagaimana metode yang digunakan dalam menanamkan karakter religius pada siswa, Budaya sekolah apa saja yang ditanamkan pada siswa sebagai upaya pembentukan karakter religius, Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam menanamkan karakter religius pada siswa.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) metode yang digunakan dalam penanaman karakter religius yaitu melalui kurikulum yang digunakan, pembelajaran didalam kelas dan diluar kelas seta pengguanaan media. (2) Budaya sekolah yang ditanamkan sebagai upaya pembentukan karakter religius melalui 3 aspek hubungan yaitu dengan Allah, dengan sesama manusia meliputi orang tua, guru dan teman. Dan dengan alam sekitar.(3)faktor pendukung meliputi adanya seleksi guru, tersedianya sarana dan prasarana yang memenuhi, dukungan orang tua dan kebijakan kepala sekolah.(4)faktor penghambat meliputi kurangnya kedisiplinan guru, sarana prasarana belum lengkap, kurangnya komunikasi dengan orang ta, kurangnya kebijakan kepala sekolah mengenai dana.
Tidak tersedia versi lain