Text
Makna Sakral Jum’at Legi Menurut Masyarakat Jawa (Studi Kasus di Desa Sumberingin Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar)
Tingkat kehidupan dan keyakinan masyarakat Jawa terlihat mengalami pergeseran. Pergeseran keyakinan lama menjadi keyakinan baru yang lebih rasional. Percampuran budaya tidak dapat terelakkan antara dua budaya yang berbeda, budaya lama berusaha mempertahankan dan budaya baru yang masuk berusaha menyesuaikan diri. Sehingga terjadi akulturasi budaya yang baru dan saling melengkapi. Sedikit pergeseran makna dalam tradisi yang dijalankan saat ini. Pengaruh paham agama Islam yang sangat kuat di tanah Jawa membentuk keyakinan baru di hati masyarakat, meskipun keyakinan lama tentang mistik Jawa seolah mustahil dihilangkan. Perkembangan zaman yang maju dan modern menuntut konsep berpikir yang rasional dan sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan mistik Jawa terkenal dengan sesuatu yang sulit ditangkap dengan akal. Salah satu percampuran dua budaya adalah tradis Jum’at Legi yang berlangsung secara rutin di Desa Sumberingin. Tahlil secara berjamaah dan menyekar di pemakaman secara bersama dan sadar diri tanpa terorganisir.
Adapun rumusan masalah yang peniliti ajukan adalah Bagaimana konsep hari baik menurut masyarakat Jawa dan bagaimana makna sakral Jum’at Legi menurut masyarakat Jawa Desa Sumberingin Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode kualitatif deskriptif menggunakan pendekatan antropologi dan sosiologi. Penelitian ini berlokasi di Desa Sumberingin Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar.
Menurut data yang diperoleh peneliti, masih banyak masyarakat yang masuk pada golongan masyarakat abangan karena faktor-faktor tertentu. Membutuhkan kesadaran diri dalam setiap lapisan masyarakat untuk tetap menjaga keontentitasan suatu makna. Pengalaman dan pendidikan yang bersifat keagamaan akan menumbuhkan kembangkan jiwa religius seseorang. Meskipun demikian, masyarakat telah sadar diri bahwa pendidikan agama dan umum itu penting, mereka cenderung mengarahkan anak-anaknya untuk menuntut ilmu agama dan sekolah umum. Namun adat dan budaya juga tidak ditinggalkan, secara tidak langsung masyarakat mengajari anak-anaknya dengan memberi wejangan atau pemahaman bahwa adat harus selalu dijunjung dan pantang ditinggalkan. sehingga di era ini masyarakat Jawa bisa dikatankan cukup kompleks paham ilmu agama dan pendidikan umum serta pentingnya kebudayaan.
Tidak tersedia versi lain