Text
Guantanamo diary : Kisah muslim yang memperjuangkan kebebasannya di penjara paling kejam sedunia
Mohamedou Ould Slahi tak pernah menyangka, bahkan tidak dalam mimpi terburuknya, bahwa sore itu ialah kali terakhir dia menjejakkan kaki sebagai manusia bebas. Dia datang ke markas kepolisian Mauritania dengan niat baik: memenuhi panggilan untuk dimintai keterangan. Namun, dia malah ditahan tanpa tuduhan yang jelas. Dia juga harus menjalani rangkaian interogasi, pemerasan informasi, dan penyiksaan. Dia dilarang shalat dan puasa, bahkan dipaksa melakukan hal-hal yang diharamkan ajaran Islam.
Lama ibu Slahi mengira anaknya ditahan di Mauritania. Keluarga�nya mengirimkan pakaian dan makanan, bahkan memberi uang kepada penjaga penjara untuk perawatannya. Hingga suatu hari, adik Slahi mengetahui nama sang kakak ada dalam daftar tahanan di Guant�namo�sebuah penjara kebal hukum yang didirikan murni karena paranoia Amerika Serikat terhadap terorisme. Kini, sudah lebih dari empat belas tahun Slahi ditahan tanpa diadili. Bahkan ibunya pun meninggal dalam kesedihan menunggu pembebasannya.
Buku ini disunting dari 466 halaman tulisan tangan Slahi yang dibuatnya dalam sel yang sampai saat ini masih dihuninya. Amerika Serikat menyensornya dengan ketat sebelum catatan tersebut berhasil diperjuangkan selama tujuh tahun untuk diterbitkan. Itu sebabnya akan dijumpai lebih dari 2.500 coretan stabilo hitam di dalam buku ini. Namun, bahkan sensor pun tak mampu menutupi kejernihan dan ketajaman penuturan Slahi.
KEUNGGULAN NASKAH:
- Guantanamo selalu memiliki daya tarik yang kuat bagi orang-orang yang ingin mengetahui apa yang terjadi di dalam penjara itu.
- Isu tentang orang-orang muslim yang mengalami kekerasan di dalam penjara-penjara barat selalu membuat orang-orang penasaran dan ingin mengetahui detail kejadian di sana.
- Penulisnya adalah orang muslim yang ditahan tanpa dakwahan di penjara Guantanamo dan sampai saat ini dia masih dikurung di sana.
- Buku diary ini berhasil mendapatkan izin penerbitan, walaupun dengan banyak suntingan dari pemerintah Amerika Serikat, hasil suntingannya tetap ditampilkan dalam buku dengan tanda stabilo hitam yang menambah buku ini semakin menarik.
TENTANG PENULIS:
Mohamedou Ould Slahi dilahirkan di sebuah kota kecil di Mauritania pada tahun 1970. Dia menerima beasiswa untuk meneruskan kuliah di Jerman dan bekerja di sana selama beberapa tahun sebagai insinyur. Dia kembali ke Mauritania pada tahun 2000. Tahun berikutnya, atas permintaan Amerika Serikat, dia ditahan oleh pihak berwenang Mauritania dan dikirimkan ke sebuah penjara di Yordania. Kemudian dia diterbangkan kembali, pertama ke Pangkalan Angkatan Udara Bagram di Afganistan, dan akhirnya, pada 5 Agustus 2002, ke penjara AS di Teluk Guantanamo, Kuba, tempat dia menjadi korban penyiksaan berat. Pada 2010, seorang hakim federal memerintahkan agar dirinya segera dibebaskan, namun pemerintah mengajukan banding terhadap putusan tersebut. Pemerintah AS tak pernah mendakwanya dengan sebuah kejahatan. Dia masih dipenjara di Guantanamo.
Larry Siems adalah seorang penulis serta aktivis hak asasi manusia, dan selama bertahun-tahun memimpin Program Freedom to Write di PEN American Center. Dia adalah penulis dan karya terbarunya adalah The Torture Report: What the Documents Say about Americas Post-9/11 Torture Program. Larry Siems tinggal di New York.
Judul | Edisi | Bahasa |
---|---|---|
Padamu terletak qadar : sebuah autobiografi/ Asnawi Mangkualam | Cet. 1 | 0 |
Menerobos kegelapan : sebuah autobiografi spiritual / Karen Armstrong, penerjemah Yuliani Liputo | Cet. 1 | 0 |