Text
Tuhan yang terpenjara : Relasi misterius tuhan, alam, dan manusia
Buku Tuhan yang Terpenjara memaparkan relasi gelap atau misterius antara Tuhan dan makhluknya. Sebagai Sang Pencipta, mestinya Tuhan yang berhak “memenjara” ciptaan-Nya. Artinya, Tuhan-lah sebenarnya yang menjadi subyek dalam kehidupan ini. Dia berhak mengatur ciptaan-Nya, dengan seperangkat sistem nilai, baik yang berupa hukum qauniyyah (hukum alam, yang tak tertulis) maupun qauliyyah (hukum sosial, yang tertulis).
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Manusia, sebagai salah satu ciptaan-Nya, malah “memenjarakan” Tuhan. Memenjarakan di sini tidak dalam pengertian fisik, karena seperti yang nanti akan banyak dibahas dalam buku ini, adalah tidak logis memahami Tuhan dalam pengertian-pengertian material.
Tetapi yang dimaksud “memenjarakan” Tuhan, adalah membatasi wilayah kekuasaan Tuhan. Dalam hal ini seringkali manusia memahami bahwa wilayah kekuasaan Tuhan hanyalah pada persoalan-persoalan sakral atau tempat-tempat suci. Di luar semua itu, kekuasaan bukan lagi wilayah Tuhan, melainkan jadi wewenang manusia. Maka, manusia sangat bebas dan independen dalam bersikap, termasuk melakukan tindakan negatip; sesuatu yang hampir mustahil dilakukan di tempat-tempat suci.