Text
Berhala-berhala wacana
Di sekeliling kita, hari ini, problematika sosial-religius berbingkai claim of truth sangat berjubel. Debu-debu wacana yang sangat dipuja bak berhala-berhala seringkali terlalu jumawa mengecoh mata batin kita untuk menegakkan ajaran-ajaran otentik Islam: akhlak karimah, kemanusiaan, dan kedamaian.
Ada baiknya, kita segera membuka diri untuk berkenalan dengan Karl Popper, Thomas Kuhn, Focault, hingga Muhammad Abduh, dan Abed al-Jabiri. Dari mereka, kita bisa berguru tentang pluralitas wacana, kenisbian kebenaran khas manusia, dan menghargai kebersamaan yang mutlak wujudnya. Bukankah penampikan pluralitas merupakan watak arogansi manusia yang paling memilukan karena tega melanggar hukum alam?
Buku yang disusun lebih dari 4 tahun oleh akademisi Islamic Studies ini sebagiannya bergaya essai yang santai, kadang sarkastik, dan easy going, sebagian lainnya bergaya ketat akademik. Keduanya berkarakter analitik-ilmiah, merekam beragam masalah aktual kehidupan beragama, bersosial, dan berbangsa.
Membaca buku ini bagai tengah menikmati sebuah menu diskursus yang sesekali terasa pedas, gurih, dan manis. Setelah menikmatinya, besar kemungkinan Anda akan merasa lebih rileks sehingga bisa kembali tersenyum.