Text
Existentialismus : Mengenali keberadaan Tuhan, memaknai pluralisme agama
Persoalan agama dewasa ini bukan lagi hanya masalah bagaimana manusia menganut suatu keyakinan, tetapi juga bagaimana keyakinan itu mempunyai makna bagi kehidupannya. menganut keyakinan agama bagi manusia merupakan suatu keputusan eksistensial dan menuntut adanya komitmen pada suatu nilai yang dipandang agung dan suci. jelas, keyakinan bukan semata-mata respon rasional tetapi respon yang melibatkan seluruh jiwa dan pribadi manusia. Tanpa suatu keyakinan dalam dirinya, manusia akan terjebak dalam kehampaan eksistensialnya. Oleh karena itu, penganut agama harus memahami kebenaran doktrin agama dengan mempertimbangkan argumen-argumen yang valid amat diperlukan guna menciptakan sikap keberagamaan yang dewasa dan matang, sebagai intrumen dasar untuk mewujudkan kehidupan beragama yang toleran dan harmonis.
Filsafat Agama berperan mengajukan pandangan kritis terhadap semua aspek dalam agama, khususnya terkait dengan kebenaran doktrin dan kekyakinan akan adanya Tuhan. Eksplorasi filosofis tentang keyakinan dan prkatis keagamaan telah terekam dalam pemikiran para filosofis sejak masa-masa paling awal. Di Barat, sepanjang era Greco-Roman dan Abad Tengah, refleksi filosofis tentang adanya Tuhan memiliki akar yang kokoh dalam pemikiran para filosofis terdahulu, seperti Xenophanes ( 570 M ). secara tegas Xenophanes menyatakan, sebagaimana dikutip Tjahjadi, 2004 " Tuhan itu satu adanya, yang terbvesar diantara dewa-dewa dan manusia seluruhnya, tidak serupa dengan makhluk manusia dan tidak pula berpikir dengan jalan pikiran manusia. " Jika manusia, dengan akal pikirannya, mampu mengetahui adanya Tuhan dan sifat-sifatnya, mengapa Tuhan masih mengutus Nabi untuk menunjukkan siapa dirinya? Inilah salah satu persoalan krisual yang ingin diangkat dalam kajian buku ini.