Text
Ger-geran bersama Gus Dur
Gus Dur telah tiada. Tapi kalau Anda masih juga tak percaya bahwa kelakar-kelakarnya sangat cerdas dan lucu, caba baca petikan ini:
Di depan Kanselir Jerman Helmut Schmidt, Gus Dur bercerita tentang rabbi Yahudi.
“Rabbi itu sudah berumur 85 tahun, dan dia sangat kecewa. Maka mengadulah dia pada Tuhannya. ‘Tuhan, saya sudah 65 tahun mengabdi pada-Mu, sejak usiaku 20 tahun. Tapi setelah mengabdi begini lama, mengapa Engkau mengecewakanku? Mengapa Engkau biarkan anakku masuk Kristen? Tuhan, saya sungguh kecewa.’
“Lalu Tuhan menjawab: ‘Sama, anak saya juga masuk Kristen….’”
Atau, yang ini dech:
Seorang pendeta Hindu, seorang pastur Katolik, dan seorang kiai terlibat diskusi soal siapa yang paling dekat dengan Tuhan.
“Kami, dong!,” kata pendeta Hindu.
“Kok kalian bisa merasa paling dekat dengan Tuhan?” tanya si kiai.
“Lha, iya. Lihat saja, kami memanggil-Nya saja Om,” jawab yang ditanya, merujuk seruan religius Hindu: Om, shanti, shanti, Om.
“Oh, kalau alasannya itu, kami dong yang lebih dekat,” sergah si pastur Katolik. “Lihat saja, kami memanggil-Nya Bapa. Bapa kami yang ada di surga...”
Sang kiai diam saja. Lalu kedua teman bicaranya bertanya, “Kalau Pak Kiai, sedekat apa hubungannya dengan Tuhan?”
“Duh, boro-boro dekat,” jawabnya. “Manggil-Nya aja dari menara, teriak-teriak lagi!”
Gerrrrr…!!! Kalau Anda tetap bilang guyonan Gus Dur nggak lucu, ya terserah! Gitu aja kok repot…!!!
Judul | Edisi | Bahasa |
---|---|---|
Gus Dur dalam obrolan Gus Mus | Cet. 1 | 0 |