Text
Renungan keagamaan dan zikir kontekstual
Saat ini masyarakat sedang menghadapi era globalisasi, dan masyarakat tidak bisa mengelak dari berbagai dampak negatif era globalisasi tersebut, terutama menyangkut perubahan budaya, etika, dan moral. Tidak heran jika pada saat ini kita sering menghadapi model kehidupan yang paling kontroversial dapat dialami dalam waktu yang sama serta dapat bertemu dalam pribadi yang sama, misalnya: antara kesalehan dan keseronohan, antara kelembutan dan kekerasan, antara koruptor dan dermawan, serta antara Masjid dan Mall, yang keduanya terus-menerus berdampingan satu sama lain. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, menurut Sachiko Murata & William Chittik, adalah to return to God through religion (kembali kepada Tuhan melalui agama), yang berarti kembali kepada pandangan hidup asasi manusia itu sendiri, karena agama yang benar merupakan fitrah insani. Proses beragama seseorang dimulai dari interpretasi, kemudian inter- nalisasi dan dilanjutkan dengan eksternalisasi. Renungan keagamaan merupakan proses interpretasi seseorang terhadap ajaran dan nilai-nilai agama yang terkandung dalam kitab suci dan sunnah/hadits Nabi Saw. Sedangkan zikir kontekstual merupakan upaya internalisasi dari hasil interpretasi, sehingga ajaran dan nilai agama tidak hanya berada di otak atau akal pikirannya, tetapi sekaligus merasuk ke dalam qalbu, yang pada gilirannya diartikulasikan dan diekspresikan dalam sikap dan perilaku beragama, baik pada ranah personal (pribadi), komunal (jamaah), sosial atau publik, maupun ranah negara dan ranah global, sebagai perwujudan dari proses eksternalisasi.