Text
Shi'ir dalam pandangan hadis nabi: telaah Ma'ani al-Hadith
SAIFUDDIN KAMAL, Dosen Pembimbing Dr. H. Ahmad Subakir, M.Ag. dan H. Moh Akib Muslim, M.Ag. : Shi’ir dalam Pandangan Hadis Nabi: Telaah Ma’ani al-Hadith, Tafsir Hadits, Ushuluddin, STAIN Kediri 2012.
Kata kunci: Shi’ir, Hadis, Ma’ani al-Hadith.
Jika dilihat sekilas, teks-teks hadis tentang masalah shi’ir tampak saling bertentangan, yaitu ada teks-teks hadis yang memperbolehkan shi’ir (syair) dan ada pula teks-teks hadis yang tidak memperbolehkannya. Selain dari, teks-teks hadis tentang shi’ir (syair), baik yang memperbolehkan maupun yang tidak memperbolehkan, tentunya juga membawa pengaruh yang sangat besar dalam khazanah Islam. Karena itu, maka sangat menarik bagi kita untuk meneliti dan mencari penyelesaian terhadap teks-teks hadis yang tampak saling bertentangan dalam masalah shi’ir dan meneliti tentang kontribusi yang muncul dari teks-teks hadis shi’ir tersebut dalam khazanah Islam.
Shi’ir adalah kata-kata fas}ih yang berirama dan bersajak (qafiyah), yang mengekspresikan bentuk-bentuk imajinasi yang indah. Hadis-hadis tentang syair (shi’ir) dalam penelitian ini ada empat hadis dan dua puluh dua jalur sanad, yang mana dari dua puluh dua jalur sanad tersebut, empat belas hadis berstatus s}ah}ih} li dhatih, tujuh hadis s}ah}ih} li ghairih dan satu hadis h}asan li ghairih. Karena hal inilah, maka hadis-hadis syair yang diteliti tersebut layak untuk didiskusikan dalam penyelesaian matan hadis syair yang tampak saling bertentangan.
Pertentangan matan hadis syair dapat diselesaikan dengan cara al-jam’, yang mana dengan cara ini, maka dapat diketahui bahwa hadis-hadis tentang syair yang tampak saling bertentangan harus dipahami secara kontekstual, yakni bahwa secara temporal, syair dan bersyair itu dilarang apabila isinya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Akan tetapi, apabila isinya sejalan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, maka syair dan bersyair itu diperbolehkan.
Hadis-hadis tentang syair mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam khazanah Islam, yaitu mendorong umat Islam untuk menjadikan syair sebagai media dakwah, seperti nasyid dan syair sufistik, dan sebagai praktek intelektual yang mengekspresikan sikap umat. Selain itu, Syair (shi’ir) sendiri juga mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan dan pengajaran di dunia pesantren di Indonesia, yaitu pelajaran-pelajaran dan kitab-kitab yang diajarkan di pesantren banyak yang berbentuk syair dan karya-karya ulama yang berbasis pesantren juga banyak yang ditulis dalam bentuk syair
Tidak tersedia versi lain