Text
Model keberagaman masyarakat Rejomulyo di tengah-tengah lingkungan berkembangnya lembaga pendidikan agama
MUHAMMAD AMRILLAH, Dosen pembimbing Dra. Sardjuningsih, M.Ag dan Taufik Alamin, M.Si.: Model keberagamaan masyarakat Rejomulyo di tengah-tengah lingkungan berkembangnya Lembaga Pendidikan Agama di Kecamatan Ngronggo, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur, Perbandingan Agama, Ushuluddin, STAIN Kediri, 2012.
Kata kunci: Model keberagamaan, Lembaga pendidikan agama
Dari fenomena yang dapat diidentifikasi pada masyarakat Rejomulyo kecamatan kota Kediri praktik keagamaan yang ada dapat dikelompokkan ke dalam bentuk-bentuk golongan sosial religius, yakni Abangan, Santri, dan Priyayi terbukti dengan adanya masyarakat Rejomulyo masih percaya kepada animistik tentang kekuatan goib, Masih berjalannya ritual-ritul tradisi selamatan, . masih mempercayai nilai-nilai ajaran nenek moyang (kejawen ) ini merupakan cirri orang abangan , adanya pondok pesantren yang merupakan indikasi orang santri, adanya guru dan pegawai merupakan tanda golongan priyayi.
Lembaga Pendidikan Agama sebagai lembaga agama yang memiliki fungsi mendorong tumbuh kembang kesadaran beragama di lingkungan masyarakat. Lembaga Pendidikan Agama merupakan salah satu lembaga keagamaan yang tentunya memiliki peran terhadap masyarakat sekitarnya. Lembaga agama (institusi religius) dapat diartikan sebagai suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola kelakuan, peranan-peranan dan relasi-relasi yang terarah dan mengikat individu, mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum untuk mencapai kebutuhan dasar yang berkenaan dengan dunia supra-empiris.
Hasil penelitian deskriftif mengungkapkan bahwa Sebagaian besar masyarakat Rejomulyo masih menjalankan ritual Abangan seperti apa yang di jelaskan oleh Clifford Geertz yang melakukan studinya di daerah Pare. Tradisi yang berkembang pada masyarakat Rejomulyo tidak diketahui kapan mulai berkembangnya. Karena generasi yang ada sekarang hanya mewarisi apa yang telah ada, dan mereka tinggal mengamalkan dari apa yang menjadi tradisi dari nenek moyangnya. Di tengah-tengah lingkungan berkembangnya Lembaga Pendidikan Agama, masyarakat masih tetap berpegang teguh dengan nilai lama, yang digunakan untuk meneguhkan jati diri dan kepribadian masyarakat. Filosofi hidup orang Jawa ojo dumeh yang berarti mawas diri, dan tansah eling yang berarti selalu ingat terhadap tujuan hidup, member pedoman penting bagi masyarakat Jawa. Tradisi yang terdapat di masyarakat ada yang bertentangan dengan akidah Islam, tapi ada juga yang mendukung ajaran Islam. Hal ini tidak bisa dihindari, karena perjalanan sejarah masuknya Islam di nusantara akan mengalir kepada timbulnya sinkretisme budaya dan agama.
Tidak tersedia versi lain